Apakah Les O Level itu?
Jika ingin melanjutkan sekolah ke universitas di luar negeri maka akan diminta untuk melakukan sejumlah tes skala internasional. Juga jika ingin bekerja di kancah internasional, maka perlu bekal dasar pengetahuan yang memadai agar bisa bersaing. Sebelumnya anak harus menguasai materi pelajarannya dulu, agar dalam menghadapi berbagai jenis tes, apapun itu akan siap dan lancar saja mengerjakannya. Sehingga banyak orang tua yang lalu juga memberikan les O level kepada putra putrinya.
Apa itu O Level
Tes dan les O level biasanya diambil oleh murid dengan usia sekitar 14 tahun hingga 16 tahun. Materi O Level menjadi semacam persiapan sebelum masuk ke jenjang Junior College atau kurikulum Cambridge As atau A Level.
Istilah O Level ialah singkatan dari Ordinary Level atau tingkatan level biasa. Ada juga yang menyebutnya sebagai GCE O Level yakni General Certificate of Education Ordinary Level. O Level tersebut sebenarnya ialah materi kurikulum Cambridge UK edisi lama yang lalu berubah menjadi kurikulum Cambridge IGCSE untuk tingkat Secondary Level atau setara tingkatan level SMP kelas 1 sampai SMA kelas 1, kalau di sekolahan di Indonesia.
Perkembangan Terkini O Level
Meskipun O Level merupakan edisi lama, ternyata masih banyak negara British Commonwealth, yakni negara-negara Persemakmuran Inggris yang masih tetap menggunakannya termasuk untuk pertimbangan seleksi masuk ke beberapa perguruan tinggi di negara-negara tersebut. Beberapa negara itu adalah seperti Singapore, dan Mauritius, juga Bangladesh. MOI (Ministry of Education) negara Singapore bahkan mengadaptasi IGCSE (International General Certificate of Secondary Education) yang dicampur modifikasi kurikulum Singapore, sehingga kurikulum O Level menjadi kurikulum Cambridge Singapore. Adapun tingkat kesulitan ujian akhir O Level cenderung lebih susah jika dibandingkan dengan IGCSE. Di Indonesia tak ada sekolah Internasional (International School) yang menerapkan kurikulum O Level tersebut. Kebanyakan sekolah Internasional di Indonesia menerapkan kurikulum IGCSE yang relatif lebih mudah. Hal ini antara lain juga karena masih sedikitnya tenaga pengajar yang menguasai materi O level. Meski begitu, beberapa sekolah telah menerapkan kurikulum IGCSE tersebut dalam ulangan harian juga ujian akhirnya memakai materi O Level. Sehingga banyak murid yang menjadi bingung. Hal tersebut terjadi di beberapa sekolah seperti di SIS, atau Bina Bangsa, juga ACS (Anglo Chinese School), yang base camp nya ada di Singapore, juga dengan tenaga pengajarnya yang kebanyakan berasal dari Singapore.
Apalagi adanya anggapan bahwa kurikulum nasional tingkat SD sampai SMA, di sekolah nasional lebih sulit jika dibandingkan dengan sekolah yang menerapkan kurikulum Cambridge. Hal tersebut akibat guru di sekolah Internasional tidak menyampaikan seluruh materi O level dan banyak melewati atau skip materi yang sulit, sehingga kurikulumnya mengalami downgrade dari seluruh materi pelajaran yang sebenarnya. Inilah menjadi penting anak mendapat les O level.